Penerapan Permainan Interaktif Berbasis HTLL sebagai Upaya Pengembangan Motorik Kasar Anak Usia Dini di Kota Samarinda
Samarinda, 12 November 2024 – Pengembangan kemampuan motorik kasar pada anak usia dini memiliki peran penting dalam membentuk keterampilan dasar yang akan mendukung aktivitas sehari-hari dan proses belajar. Menyadari hal ini, sebuah tim pengabdian masyarakat memperkenalkan penerapan permainan interaktif berbasis metode “HTLL” (High Touch Low Tech Learning) sebagai bagian dari program “JENAKA: Jelajah Fauna Kalimantan” di Kota Samarinda. Program ini berfokus pada pengembangan kemampuan fisik, kognitif, dan sosial anak melalui permainan yang mengintegrasikan elemen-elemen edukatif lokal.
Program ini diterapkan di tiga Taman Kanak-Kanak di Samarinda, yaitu TK Islamic Center Samarinda, KB/TK Islam Al Azhar 46 Samarinda, dan TK Islam Tunas Kartini, dengan peserta berjumlah total 75 anak. Kegiatan ini bertujuan untuk meningkatkan keterampilan motorik kasar seperti melompat, berlari, dan menjaga keseimbangan melalui berbagai permainan yang disusun di 10 pos, masing-masing dengan aktivitas yang menantang kemampuan motorik dan kognitif anak.
Pos-pos yang tersedia dalam permainan ini meliputi “Pesut Jenaka” di mana anak-anak diminta untuk menggenggam objek dan melompat, “Lempar Nipah” yang mengasah koordinasi mata dan tangan, serta “Terowongan Hulahup” yang menuntut anak untuk melompat dengan teknik tertentu. Permainan ini juga mengajarkan pengenalan fauna khas Kalimantan melalui pos seperti “Tiru Gerak Hewan,” yang mengajak anak-anak menirukan gerakan hewan endemik seperti pesut, burung enggang, dan orang utan.
Hasil penerapan menunjukkan bahwa metode HTLL mampu merangsang minat belajar anak-anak sekaligus mendorong mereka untuk aktif bergerak. Di pos “Pesut Jenaka,” misalnya, beberapa anak berhasil melompat dan membawa objek sesuai arahan, walaupun ada beberapa yang memerlukan bantuan dalam menjaga keseimbangan dan memahami instruksi dengan tepat. Di pos “Lempar Nipah,” anak-anak dilatih untuk melempar benda kecil ke target tertentu sesuai angka dan gambar fauna. Meskipun tantangan ini cukup sulit, beberapa anak mampu melempar dengan akurasi yang baik setelah beberapa kali mencoba.
Tidak hanya aspek motorik kasar yang mendapat perhatian, tetapi juga kemampuan kognitif anak dikembangkan melalui permainan yang melibatkan angka, pengelompokan bentuk, dan susun gambar. Pos seperti “Kincir Angka” mendorong anak untuk mengenal angka dan menuliskannya, sementara pos “Besar Kecil” membantu anak mengenali konsep ukuran dengan cara yang menyenangkan. Permainan ini memberikan stimulasi yang bermanfaat bagi anak, walaupun sebagian besar peserta masih membutuhkan pendampingan dalam kegiatan yang lebih kompleks seperti menulis atau menyusun puzzle.
Selain manfaat bagi perkembangan motorik dan kognitif, program ini juga memperkenalkan anak-anak pada fauna lokal Kalimantan. Di pos “Tiru Gerak Hewan,” anak-anak menirukan gerakan khas hewan seperti pesut dan bekantan, yang membantu mereka mengenali keanekaragaman fauna di lingkungan sekitar. Antusiasme anak-anak dalam mengenal fauna melalui gerakan menirukan ini diharapkan dapat menumbuhkan kesadaran sejak dini terhadap pentingnya konservasi lingkungan.
Secara keseluruhan, program “JENAKA: Jelajah Fauna Kalimantan” berhasil menjadi media edukatif yang interaktif, menyenangkan, dan berfokus pada pengembangan berbagai aspek keterampilan dasar anak usia dini. Meski masih ada tantangan dalam penerapannya, terutama dalam hal keterbatasan waktu dan perbedaan tingkat kemampuan anak, program ini telah memberikan manfaat signifikan dan menjadi contoh penerapan pembelajaran berbasis HTLL yang efektif di lingkungan pendidikan anak usia dini.
Dengan kesuksesan penerapan di Samarinda, program ini diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi sekolah-sekolah lain untuk mengintegrasikan metode interaktif serupa, baik dalam konteks edukasi motorik kasar maupun dalam pengenalan budaya dan lingkungan lokal.
No responses yet